1. Cerita Petualangan
Petualangan Putri Lala
Pada zaman dahulu, disebuah istana
yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang cantik jelita bernama
Putri Lala. Nama lengkapnya adalah Tiffanie Lala. Ia lahir dari seorang ratu
yang bernama Ratu Lisa. Pesta besar-besaran pun diadakan oleh Ratu Lisa di
istana untuk menyambut kelahiran putri cantiknya. Semua peri dari segala
penjuru diundang ke pesta itu.
Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa
mengundang Peri Rika ke pestanya. Peri Rika mengira bahwa Ratu Lisa sengaja
tidak mengundangnya. Dan akhirnya, Peri Rika menjadi marah.
Saat malam, Peri Rika menyelinap
masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada
di tengah hutan yang sangat lebat. Akhirnya, Putri Lala dibesarkan oleh Peri
Rika. Peri Rika bilang bahwa ia adalah kakaknya Ratu Lisa pada Putri
Lala, dia juga bilang kalau orang tua mereka meninggal karena diserang oleh
negeri tetangga.
Oh, iya, Peri Rika juga melarang
Putri Lala keluar kastil. Putri Lala pun menuruti perkataan Peri Rika. Peri
Rika beralasan bahwa sekarang banyak penjahat. Padahal, alasan ia yang
sebenarnya adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
Lewat kalung di lehernya yang
berhias baju zamrud dan berlian membentuk huruf "L". Pada suatu hari,
Putri Lala berjalan-jalan di sekitar hutan. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya.
Ternyata itu peri hutan bernama Ervin dan saudaranya, Peri Erin. Mereka bilang,
Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat
kelahirannya yang sangat jauh.
Peri Ervin bilang, dia sebenarnya
adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang
menculiknya. Peri Erin mengatakan akan membantu perjalanan Putri Lala ke negeri
asalnya itu.
Malamnya, Putri Lala memutuskan
untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi .. Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri Lala langsung berlari
sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri Rika, namun ternyata ada
tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget. Tetapi, ternyata yang
menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta peri-peri lainnya.
Peri-peri itupun mengantar Putri
Lala ke Istana Crystal. Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk
erat-erat anaknya yang hilang itu. Lalu peri lain melaporkan bahwa Peri Rika
lah yang menculik Putri Lala. Lalu Ratu Lisa langsung menyuruh pengawal untuk
memasukkan Peri Rika ke penjara. Akhirnya, Istana Crystal menjadi tenteram dan
damai.
ANALISIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN UNSUR
INTRINSIK
1. Tema
Tema dalam cerita “Petualangan Putri
Lala” berkisar pada sebuah petualangan. Rangkaian peristiwa dalam cerita ini
tidak luput dari petualangan. Petualangan dalam cerita ini adalah petualangan
yang dilakukan oleh Putri Lala untuk dapat kembali ke Istana Crystal, tempatnya
ia dilahirkan.
2. Tokoh
dan Penokohan
No
|
Tokoh
|
Watak
|
Bukti cerita
|
1.
|
Putri Lala
|
·
Penurut
|
·
Putri Lala pun menuruti perkataan
Peri Rika.
|
2.
|
Peri Rika
|
·
Jahat
·
Pembohong
·
Suka
melarang
·
Baik
·
Penakut
|
·
Saat malam, Peri Rika menyelinap
masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada
di tengah hutan yang sangat lebat.
·
Peri Rika bilang bahwa ia adalah
kakaknya Ratu Lisa pada Putri Lala, dia juga bilang kalau orang tua
mereka meninggal karena diserang oleh negeri tetangga.
·
Peri Rika juga melarang Putri Lala
keluar kastil. Alasannya, sekarang banyak penjahat.
·
Akhirnya, Putri Lala dibesarkan
oleh Peri Rika.
·
Padahal, alasan ia yang sebenarnya
adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
|
3.
|
Peri Erin
|
·
Baik
hati (suka membantu)
·
Penolong
|
·
Peri Erin mengatakan akan membantu
perjalanan Putri Lala ke negeri asalnya itu.
·
Peri-peri itupun mengantar Putri
Lala ke Istana Crystal.
·
Mereka bilang, Putri Lala harus
segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya
yang sangat jauh.
|
4.
|
Peri Ervin
|
·
Baik
hati, memberi tahu kebenaran
·
Penolong
|
·
Peri Ervin bilang, dia sebenarnya
adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang
menculiknya.
·
Peri-peri itupun mengantar Putri
Lala ke Istana Crystal.
·
Mereka bilang, Putri Lala harus
segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya
yang sangat jauh.
|
5.
|
Peri-peri lainnya
|
·
Baik
hati
|
·
Peri-peri itupun mengantar Putri
Lala ke Istana Crystal.
|
6.
|
Ratu Lisa
|
·
Pelupa
·
Penuh
kasih sayang
·
Tegas
|
·
Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa
mengundang Peri Rika ke pestanya.
·
Sesampainya di sana, Ratu Lisa
langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu.
·
Lalu Ratu Lisa langsung menyuruh
pengawal untuk memasukkan Peri Rika ke penjara.
|
3. Alur
Alur adalah jalinan
peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan
sebab-akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan
utuh.
Jenis alur
yang digunakan dalam cerita “Petualangan Putri Lala” adalah jenis
alur maju, karena ceritanya terjadi secara berurutan dari peristiwa A sampai
peristiwa Z.
Berikut
adalah urutan peristiwa atau alur cerita dan pengembangan konflik dalam alur
cerita “Petualangan Putri Lala” adalah sebagai berikut :
No
|
Tahap-Tahap
Cerita
|
Bukti
Cerita
|
1.
|
Bagian
awal Cerita
|
Pada zaman
dahulu, disebuah istana yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang
cantik jelita bernama Putri Lala. Nama lengkapnya adalah Tiffanie Lala. Ia
lahir dari seorang ratu yang bernama Ratu Lisa.
Pesta besar-besaran pun diadakan
oleh Ratu Lisa di istana untuk menyambut kelahiran putri cantiknya. Semua
peri dari segala penjuru diundang ke pesta itu. Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa
mengundang Peri Rika ke pestanya.Peri Rika mengira bahwa Ratu Lisa sengaja
tidak mengundangnya. Dan akhirnya, Peri Rika menjadi marah.
|
2.
|
Bagian
tengah
|
Saat malam, Peri Rika menyelinap
masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang
berada di tengah hutan yang sangat lebat. Akhirnya, Putri Lala dibesarkan
oleh Peri Rika. Peri Rika bilang bahwa ia adalah kakaknya Ratu Lisa pada
Putri Lala, dia juga bilang kalau orang tua mereka meninggal karena diserang
oleh negeri tetangga.
Oh, iya, Peri Rika juga melarang
Putri Lala keluar kastil. Putri Lala pun menuruti perkataan Peri Rika. Peri
Rika beralasan bahwa sekarang banyak penjahat. Padahal, alasan ia yang
sebenarnya adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
Lewat kalung di lehernya yang
berhias baju zamrud dan berlian membentuk huruf "L". Pada suatu
hari, Putri Lala berjalan-jalan di sekitar hutan. Tiba-tiba, seseorang
memanggilnya. Ternyata itu peri hutan bernama Ervin dan saudaranya, Peri
Erin. Mereka bilang, Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke
istana Crystal, tempat kelahirannya yang sangat jauh.
Peri Ervin bilang, dia sebenarnya
adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang
menculiknya. Peri Erin mengatakan akan membantu perjalanan Putri Lala ke
negeri asalnya itu.
Malamnya, Putri Lala memutuskan
untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi .. Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri Lala langsung berlari
sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri Rika, namun ternyata ada
tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget. Tetapi, ternyata yang
menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta peri-peri lainnya.
|
4. Latar
Merupakan
lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa orang pada suatu waktu
disuatu tempat dan dalam suasana
tertentu. Latar pada dasarnya terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
No.
|
Latar
|
Bukti Cerita
|
|
1.
|
Tempat
|
·
Istana
Crystal
·
Kastil
yang berada di tengah hutan
·
Disekitar
hutan
|
·
Pada zaman dahulu, disebuah istana
yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang cantik jelita bernama
Putri Lala.
·
Peri-peri itupun mengantar Putri
Lala ke Istana Crystal. Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk
erat-erat anaknya yang hilang itu.
·
Saat malam, Peri Rika menyelinap
masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang
berada di tengah hutan yang sangat lebat.
·
Pada suatu hari, Putri Lala
berjalan-jalan di sekitar hutan.
|
2.
|
Waktu
|
·
Malam
hari
|
·
Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk
ke dalam kamar Putri Lala . .
·
Malamnya, Putri Lala memutuskan
untuk kabur dari kastil . . .
|
3.
|
Suasana
|
·
Menegangkan
·
Terharu
|
·
Malamnya, Putri Lala memutuskan
untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi .. Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri
Lala langsung berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri
Rika, namun ternyata ada tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget.
Tetapi, ternyata yang menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta
peri-peri lainnya.
·
Sesampainya di sana, Ratu Lisa
langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu.
|
5. Moral
Moral atau nilai, yaitu hal-hal yang
positif dalam cerita yang dapat dijadikan contoh oleh pembaca untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita “Petualangan Putri Lala” moral yang
dapat kita tiru sebagai pembaca adalah setiap tindakan kejahatan, seperti dalam
cerita Peri Rika hanya karena tidak diundang ke pesta ia sampai dendam dan
menculik bayi yang tak berdosa. Dari perilaku Peri Rika, moral yang dapat kita
contoh adalah saling memaafkan dan tidak boleh menyimpan dendam terhadap orang
lain, karena pada akhirnya diri kita yang akan menanggung akibatnya.
6. Sudut
Pandang
Sudut
pandang merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh.
Dalam cerita
“Petualangan Putri Lala” ini, pengarang sengaja memilih sudut pandang orang pertama tokoh utama, yaitu Putri Lala. Sudut
pandang ini sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya.
7. Stile
Stile merpakan wujud pengungkapan
kebahasaan dalam setiap teks dan dapat dibedakan dalam dua hal yaitu apa yang
ingin diungkapkan pengarang dan bagaimana cara mengungkapkan. Dalam cerita ini,
penulis menggunakan stile dengan
kebahasaan yang seederhana, yaaitu dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak.
Selain kebahasaan yang sederhana, penulis juga menggunakan daya imajinasi,
yaitu tentang adanya peri-peri yang baik dan peri yang jahat.
8. Nada
Nada yang tergambar dari cerita ini
adalah kebahagiaan, ketakutan, ketegangan, dan kejahatan. Semua nada yang
tercipta melalui karakter tokoh, alur, latar tempat, dan situasi-situasi yang
ada dalam cerita tersebut.
2. Cerita Detektif
Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah
Beberapa hari ini, beredar kabar tentang seorang penyihir
yang mendiami gubuk di tengah kebun yang berada di belakang sekolah SD Merah
Putih, sekolah Zein. Berita ini beredar di kalangan anak-anak. Penyihir itu
suatu kali terdengar sedang berteriak-teriak pada tengah malam. Entah pada
siapa. Tidak hanya itu, beberapa anak-anak pernah melihat wujud sang penyihir
secara nyata meskipun hanya bayangan hitam di jendela.
Konon
kabarnya, penyihir itu tak seperti penyihir dalam gambar yang biasa dilihat.
Kalau biasanya penyihir memakai topi kain kerucut yang ujungnya bengkok,
penyihir yang ini tidak memakai topi dan berambut kribo.
“Hidungnya tidak
panjang dan bengkok, melainkan bulat bundar sempurna,” cerita Zein berapi-api
namun tetap dengan berbisik. Teman-temannya menarik napas. Tegang.
“Lalu bagaimana
badannya? Apakah kurus ceking?” tanya Ido penasaran.
Zein menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Badannya sangat besar. Perutnya buncit,” jawab Zein sambil membuat
gerakan perut buncit dengan tangannya.
“Ini tidak bisa
dibiarkan. Kita harus membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi usul yang
langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio
Sherlock, masa takut!”
Zein diam. Begitu
pula Ido. “Baiklah mari kita bongkar identitas si Penyihir,” Zein berteriak
lantang berusaha memberi semangat pada teman-temannya
Trio Sherlock,
begitu Zein memberi nama bagi kelompok detektifnya yang beranggotakan Didi,
Ido, dan Zein. Trio detektif suka mencari tantangan. Jika ada sesuatu yang aneh
terjadi di sekitar mereka.
Seperti hari ini,
Trio Sherlock akan mengungkap siapa dalang dibalik penyihir gadungan yang sering
menakut-nakuti anak-anak.
Rumah dari anyaman
bambu itu terletak ditengah kebun mangga. Cahaya lampu teplok terlihat
remang-remang. Trio Sherlock merapatkan jaket. Udara dingin membuat Ido sedikit
gemetaran. Entah karena dingin atau malah takut. Diantara ketiga Trio Sherlock,
Ido memang yang paling penakut.
Perlahan, Trio
Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah
lebat. Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar.
Membuat suasana kian mencekam.
Rumah bambu hanya
tinggal 20 meter lagi dari tempat Trio Sherlock bersembunyi. Belum ada
tanda-tanda penyihir itu muncul.
“Penyihirnya tak
ada,” Ido berbisik sambil menyikut lengan Zein.
Yang disikut
memberikan isyarat diam pada Ido. “Bisa saja penyihir itu tiba-tiba mendengar
dan keluar untuk menangkap kita,” balas Zein tak kalah pelannya. Hanya Didi
yang diam mengawasi.
Tiba-tiba, dari
arah jendela rumah bambu yang ditutupi kain putih, samar-samar terlihat sesosok
bayangan.
“Lihat-lihat!”
tunjuk Didi. “Ada bayangan!”
Sontak, Ido dan
Zein menoleh. Bayangan dirumah itu menggerak-gerakkan tangannya. Lalu terdengar
suara aungan yang membangkitkan bulu kuduk. Ido mengkeret sambil memegang
lengan Zein dan Didi.
“Jangan takut, Ido.
Kita biarkan saja penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan dia akan
kelelahan,” kata Zein menenangkan.
“Benar, kalau dia
hanya penyihir gadungan, dia pasti kelelahan,” tambah Didi.
Benar saja. Tiga
menit mengaum, peyihir itu berhenti. Ada suara ngos-ngosan yang terdengar.
Seperti orang kelelahan.
“Ayo kita serbu
dia,” Didi mengeluarkan tali rapia dan juga tongkat bisbol dari tas
punggungnya. Zein dan Ido masing-masing juga mengeluarkan peralatan
“berperangnya”.
“Ingat jangan
sampai melukai target. Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan
instruksi.
Kembali, trio
detektif mengendap-endap menuju pintu rumah bambu. Menunggu beberapa menit,
sampai penyihir itu keluar. Beruntung, suasana sedikit gelap, jadi tubuh trio
detektif tak terlihat. Persembunyian yang sempurna.
Dan benar saja,
pintu terbuka beberapa menit kemudian. Seseorang keluar. Dengan sigap Zein
memeluk tubuh itu dari belakang dan Didi bertugas mengikat tangan serta Ido
mengikat kaki penyihir itu.
“Aduh aduh,” suara
penyihir itu terdengan seperti suara laki-laki. “Ampun ampun. Saya bukan orang
jahat!”
Trio Sherlock
terkejut. Itu seperti suara yang mereka kenal. Zein mengambil senter dari tas.
Olala betapa terkejutnya mereka, penyihir itu tak lain tak bukan adalah Kakek
Sap.
* * * * *
Kakek Sap terkekeh.
Airmatanya hampir keluar karena lelah tertawa.
“Kalian ada-ada saja. Tapi keberanian kalian Kakek acungi jempol. Biasanya anak-anak lain akan lari terbirit-birit karena takut,” ucap Kakek Sap.
“Kalian ada-ada saja. Tapi keberanian kalian Kakek acungi jempol. Biasanya anak-anak lain akan lari terbirit-birit karena takut,” ucap Kakek Sap.
“Kenapa Kakek
menyamar jadi penyihir?” Ido bertanya sambil cemberut. Masih kesal.
“Hahaha, itu karena
Kakek ingin membuat jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal
kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita kakek Sap.
Zein dan Didi
saling pandang. “Lalu dimana kostum, Kakek?” tanya mereka bersamaan.
“Itu!” Kakek
menunjuk pakaian badut di pojok rumah. “Daripada kostum badut kakek tak
terpakai, lebih baik kakek gunakan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal. Tapi
jangan beritahu siapa-siapa ya. Ini hanya rahasia kita berempat.” Kakek tertawa
lagi sambil mengedipkan matanya.
Trio Sherlock
mengangguk serempak, tersenyum. Tentu saja mereka tak akan memberitahu
siapa-siapa. Pulangnya, Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng
masing-masing seplastik mangga madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari
Kakek Sap.
ANALISIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN UNSUR
INTRINSIK
1.
Tema
Tema
dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” adalah “Trio Sherlock
Mencari Kebenaran”.
2.
Tokoh
dan Penokohan
No
|
Nama
|
Penokohan
|
Bukti
Cerita
|
1.
|
Zein
|
·
Penakut
·
Baik, menenangkan temannya di saat suasana
sulit
·
Bijaksana
|
· Didi memberi
usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan
Trio Sherlock, masa takut!
· “Jangan
takut, Ido. Kita biarkan saja penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan
dia akan kelelahan,” kata Zein menenangkan.
· “Ingat
jangan sampai melukai target. Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan
instruksi.
|
2.
|
Didi
|
·
Pemberani
·
Tenang, Serius
|
· “Ini
tidak bisa dibiarkan. Kita harus membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi
usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan
Trio Sherlock, masa takut!”
·
Hanya Didi yang diam mengawasi.
|
3.
|
Ido
|
·
Penakut
|
· Udara
dingin membuat Ido sedikit gemetaran. Entah karena dingin atau malah takut.
Diantara ketiga Trio Sherlock, Ido memang yang paling penakut.
|
4.
|
Paman
Sap
|
·
Berniat baik, menakut-nakuti anak-anak yang
suka mencuri mangga di kebun
·
Baik hati
|
·
karena Kakek ingin membuat jera anak-anak
yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,”
cerita kakek Sap.
·
Pulangnya,
Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga
madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.
|
3.
Latar
Merupakan
lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa orang pada suatu waktu
disuatu tempat dan dalam suasana
tertentu.
No
|
Latar
|
Bukti Cerita
|
|
1.
|
Tempat
|
·
Rumah anyaman di tengah kebun mangga
(belakang SD Merah Putih)
|
·
Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon
mangga madu yang sedang berbuah lebat.
·
Rumah bambu hanya tinggal 20 meter lagi dari tempat Trio
Sherlock bersembunyi. Belum ada tanda-tanda penyihir itu muncul.
|
2.
|
Waktu
|
·
Tengah malam
|
·
Perlahan,
Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang
berbuah lebat. Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang
terdengar.
|
3.
|
Suasana
|
·
Sepi, Mencekam
·
Riang Gembira, penuh canda tawa
|
·
Sepi.
Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar. Membuat suasana
kian mencekam.
·
“Hahaha, itu karena Kakek ingin membuat jera anak-anak yang
suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita
kakek Sap.
·
Pulangnya,
Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga
madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.
|
4.
Alur
Alur adalah jalinan
peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan
sebab-akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan
utuh.
Jenis alur
yang digunakan dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” adalah jenis
alur maju, karena di dalam cerita ini pengarang menceritakan urutan kejadian
atau peristiwa secara berurutan.
No
|
Tahap-Tahap
Alur
|
Bukti
Cerita
|
1.
|
Bagian
awal
|
Beberapa
hari ini, beredar kabar tentang seorang penyihir yang mendiami gubuk di
tengah kebun yang berada di belakang sekolah SD Merah Putih, sekolah Zein.
Berita ini beredar di kalangan anak-anak. Penyihir itu suatu kali terdengar
sedang berteriak-teriak pada tengah malam. Entah pada siapa. Tidak hanya itu,
beberapa anak-anak pernah melihat wujud sang penyihir secara nyata meskipun
hanya bayangan hitam di jendela.
SHAPE \* MERGEFORMAT
“Hidungnya tidak panjang dan bengkok,
melainkan bulat bundar sempurna,” cerita Zein berapi-api namun tetap dengan
berbisik. Teman-temannya menarik napas. Tegang.
“Lalu bagaimana badannya? Apakah kurus
ceking?” tanya Ido penasaran.
Zein menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Badannya sangat besar. Perutnya buncit,” jawab Zein sambil membuat gerakan
perut buncit dengan tangannya.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus
membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi usul yang langsung disambut
gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio Sherlock, masa takut!”
Zein diam. Begitu pula Ido. “Baiklah mari
kita bongkar identitas si Penyihir,” Zein berteriak lantang berusaha memberi
semangat pada teman-temannya
Trio Sherlock, begitu Zein memberi nama
bagi kelompok detektifnya yang beranggotakan Didi, Ido, dan Zein. Trio
detektif suka mencari tantangan. Jika ada sesuatu yang aneh terjadi di
sekitar mereka.
Seperti hari ini, Trio Sherlock akan
mengungkap siapa dalang dibalik penyihir gadungan yang sering menakut-nakuti
anak-anak.
Rumah dari anyaman bambu itu terletak
ditengah kebun mangga. Cahaya lampu teplok terlihat remang-remang. Trio
Sherlock merapatkan jaket. Udara dingin membuat Ido sedikit gemetaran. Entah
karena dingin atau malah takut. Diantara ketiga Trio Sherlock, Ido memang
yang paling penakut.
|
2.
|
Bagian
tengah
|
Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di
sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah lebat. Sepi. Hanya suara
jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar. Membuat suasana kian
mencekam.
Rumah bambu hanya tinggal 20 meter lagi
dari tempat Trio Sherlock bersembunyi. Belum ada tanda-tanda penyihir itu
muncul.
“Penyihirnya tak ada,” Ido berbisik sambil
menyikut lengan Zein.
Yang disikut memberikan isyarat diam pada
Ido. “Bisa saja penyihir itu tiba-tiba mendengar dan keluar untuk menangkap
kita,” balas Zein tak kalah pelannya. Hanya Didi yang diam mengawasi.
Tiba-tiba, dari arah jendela rumah bambu
yang ditutupi kain putih, samar-samar terlihat sesosok bayangan.
“Lihat-lihat!” tunjuk Didi. “Ada bayangan!”
Sontak, Ido dan Zein menoleh. Bayangan
dirumah itu menggerak-gerakkan tangannya. Lalu terdengar suara aungan yang
membangkitkan bulu kuduk. Ido mengkeret sambil memegang lengan Zein dan Didi.
“Jangan takut, Ido. Kita biarkan saja
penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan dia akan kelelahan,” kata
Zein menenangkan.
“Benar, kalau dia hanya penyihir gadungan,
dia pasti kelelahan,” tambah Didi.
Benar saja. Tiga menit mengaum, peyihir itu
berhenti. Ada suara ngos-ngosan yang terdengar. Seperti orang kelelahan.
“Ayo kita serbu dia,” Didi mengeluarkan
tali rapia dan juga tongkat bisbol dari tas punggungnya. Zein dan Ido
masing-masing juga mengeluarkan peralatan “berperangnya”.
“Ingat jangan sampai melukai target.
Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan instruksi.
Kembali, trio detektif mengendap-endap
menuju pintu rumah bambu. Menunggu beberapa menit, sampai penyihir itu
keluar. Beruntung, suasana sedikit gelap, jadi tubuh trio detektif tak
terlihat. Persembunyian yang sempurna.
Dan benar saja, pintu terbuka beberapa
menit kemudian. Seseorang keluar. Dengan sigap Zein memeluk tubuh itu dari
belakang dan Didi bertugas mengikat tangan serta Ido mengikat kaki penyihir
itu.
|
3.
|
Bagian
akhir
|
Trio Sherlock terkejut. Itu seperti suara
yang mereka kenal. Zein mengambil senter dari tas. Olala betapa terkejutnya
mereka, penyihir itu tak lain tak bukan adalah Kakek Sap.
* * * * *
Kakek Sap terkekeh. Airmatanya hampir
keluar karena lelah tertawa.
“Kalian ada-ada saja. Tapi keberanian kalian Kakek acungi jempol. Biasanya anak-anak lain akan lari terbirit-birit karena takut,” ucap Kakek Sap.
“Kenapa Kakek menyamar jadi penyihir?” Ido
bertanya sambil cemberut. Masih kesal.
“Hahaha, itu karena Kakek ingin membuat
jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti
kakek kasih,” cerita kakek Sap.
Zein dan Didi saling pandang. “Lalu dimana
kostum, Kakek?” tanya mereka bersamaan.
“Itu!” Kakek menunjuk pakaian badut di
pojok rumah. “Daripada kostum badut kakek tak terpakai, lebih baik kakek
gunakan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal. Tapi jangan beritahu
siapa-siapa ya. Ini hanya rahasia kita berempat.” Kakek tertawa lagi sambil
mengedipkan matanya.
Trio Sherlock mengangguk serempak,
tersenyum. Tentu saja mereka tak akan memberitahu siapa-siapa. Pulangnya,
Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga
madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.
|
5.
Moral
Moral atau nilai, yaitu hal-hal yang
positif dalam cerita yang dapat dijadikan contoh oleh pembaca untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah”
moral yang dapat kita tiru sebagai pembaca adalah tidak boeleh mencuri.
Peristiwa yang ada dalam cerita ini mengajarkan kita tentang buruknya dari
tindakan mencuri.
6.
Stile
Stile merpakan wujud pengungkapan
kebahasaan dalam setiap teks dan dapat dibedakan dalam dua hal yaitu apa yang
ingin diungkapkan pengarang dan bagaimana cara mengungkapkan. Dalam cerita ini,
penulis menggunakan stile dengan
kebahasaan yang seederhana, yaitu dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak.
Selain kebahasaan yang sederhana, penulis juga menggunakan daya imajinasi,
yaitu tentang adanya penyihir. Di sini penulis mendefinisikan seorang penyihir
jahat, dengan menggunakan kostum badut.
7.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh.
Dalam
cerita “Misteri Penyihir Di Belakang
Sekolah” ini, pengarang sengaja memilih sudut pandang orang
orang ketiga. Ini dapat dilihat dari para tokohnya yang langsung
menggunakan nama, bukan sudut pandang keakuan atau kediaan. Sudut pandang ini sengaja
dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
8.
Nada
Nada yang tergambar dari cerita ini
adalah bersahabat, ketegangan, akrab, ketakutan, dan humor. Semua nada yang
tercipta melalui karakter tokoh, alur, latar tempat, dan situasi-situasi yang
ada dalam cerita tersebut
SIMPULAN
A.
PNEGERTIA
CERITA PETUALANGAN
Cerita
petualangan anak adalah cerita fiksi yang menceritakan tentang perjalanan tokoh
dalam mencari tujuan hidupnya. Tokoh dalam cerita petualangan tidak harus
manusia, bisa juga dengan menggunakan tokoh binatang atau benda-benda lain yang
diimmajinasikan. Dalam cerita petualangan, penulis biasanya memberikan berbagai
rintangan yang harus dihadapi oleh tokoh utama sebelum menemukan tujuan yang
harus dicapainya. Rintangan-rintangan ini adalah sebagai nilai pendidikan bagi
pembaca.
B.
PENGERTIAN
CERITA DETEKTIF
Cerita
detektif anak termasuk ke dalam cerita fiksi, yaitu cerita yang berkisah pada
seputar tek-teki yang terjadi dan berpusat pada sebuah penyelidikan untuk
menemukan suatu kebenaran dari teka-teki yang terjadi. Cerita detektif anak ini
dikemas sedemikian rupa, yang dapat dengan mudah dipahami oleh nalar anak-anak.
Dari segi bahasa sampai urutan peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dalam
cerita detektif tidak hanya manusia saja, tetapi dapat juga berupa binatang
atau benda-benda yang diimajinasikan. Tak ubahnya dengan cerita anak-anak
lainnya, cerita detektif juga mengandung nilai pendidikan yang mendidik bagi
pembacanya.
PERBEDAN CERITA PETUALANGAN DAN CERITA DETEKTIF
:
No.
|
Cerita petualangan
|
Cerita
Detektif
|
1.
|
Menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang
|
Menceritakan tentang suatu misteri yang harus
diselesaikan oleh para tokohnya
|
2.
|
Konflik yang dihasilkan adalah tentang perjalanan hidup
tokoh dalam cerita yang diwarnai dengan berbagai rintangan sebelum akhirnya
menemukan tujuan hidupnya.
|
Konflik yang dihasilkan seputar teka-teki yang harus
dipecahkan oleh tokoh
|
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar