Sabtu, 29 November 2014

MAKALAH ANALISIS CERITA PETUALANGAN DAN CERITA DETEKTIF


1.      Cerita Petualangan

Petualangan Putri Lala

Pada zaman dahulu, disebuah istana yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Lala. Nama lengkapnya adalah Tiffanie Lala. Ia lahir dari seorang ratu yang bernama Ratu Lisa. Pesta besar-besaran pun diadakan oleh Ratu Lisa di istana untuk menyambut kelahiran putri cantiknya. Semua peri dari segala penjuru diundang ke pesta itu.
Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa mengundang Peri Rika ke pestanya. Peri Rika mengira bahwa Ratu Lisa sengaja tidak mengundangnya. Dan akhirnya, Peri Rika menjadi marah.
Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada di tengah hutan yang sangat lebat. Akhirnya, Putri Lala dibesarkan oleh Peri Rika. Peri Rika bilang bahwa ia adalah kakaknya Ratu Lisa pada  Putri Lala, dia juga bilang kalau orang tua mereka meninggal karena diserang oleh negeri tetangga.
Oh, iya, Peri Rika juga melarang Putri Lala keluar kastil. Putri Lala pun menuruti perkataan Peri Rika. Peri Rika beralasan bahwa sekarang banyak penjahat. Padahal, alasan ia yang sebenarnya adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
Lewat kalung di lehernya yang berhias baju zamrud dan berlian membentuk huruf "L". Pada suatu hari, Putri Lala berjalan-jalan di sekitar hutan. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. Ternyata itu peri hutan bernama Ervin dan saudaranya, Peri Erin. Mereka bilang, Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya yang sangat jauh.
Peri Ervin bilang, dia sebenarnya adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang menculiknya. Peri Erin mengatakan akan membantu perjalanan Putri Lala ke negeri asalnya itu.
Malamnya, Putri Lala memutuskan untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi ..  Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri Lala langsung berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri Rika, namun ternyata ada tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget. Tetapi, ternyata yang menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta peri-peri lainnya.
Peri-peri itupun mengantar Putri Lala ke Istana Crystal. Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu. Lalu peri lain melaporkan bahwa Peri Rika lah yang menculik Putri Lala. Lalu Ratu Lisa langsung menyuruh pengawal untuk memasukkan Peri Rika ke penjara. Akhirnya, Istana Crystal menjadi tenteram dan damai.

ANALISIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN UNSUR INTRINSIK

1.      Tema
Tema dalam cerita “Petualangan Putri Lala” berkisar pada sebuah petualangan. Rangkaian peristiwa dalam cerita ini tidak luput dari petualangan. Petualangan dalam cerita ini adalah petualangan yang dilakukan oleh Putri Lala untuk dapat kembali ke Istana Crystal, tempatnya ia dilahirkan.

2.      Tokoh dan Penokohan
No
Tokoh
Watak
Bukti cerita
1.
Putri Lala
·         Penurut
·         Putri Lala pun menuruti perkataan Peri Rika.
2.
Peri Rika
·         Jahat






·         Pembohong






·         Suka melarang




·         Baik

·         Penakut
·         Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada di tengah hutan yang sangat lebat.
·         Peri Rika bilang bahwa ia adalah kakaknya Ratu Lisa pada  Putri Lala, dia juga bilang kalau orang tua mereka meninggal karena diserang oleh negeri tetangga.
·         Peri Rika juga melarang Putri Lala keluar kastil. Alasannya, sekarang banyak penjahat.
·         Akhirnya, Putri Lala dibesarkan oleh Peri Rika.
·         Padahal, alasan ia yang sebenarnya adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
3.
Peri Erin
·         Baik hati (suka membantu)


·         Penolong
·         Peri Erin mengatakan akan membantu perjalanan Putri Lala ke negeri asalnya itu.
·         Peri-peri itupun mengantar Putri Lala ke Istana Crystal.
·         Mereka bilang, Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya yang sangat jauh.
4.
Peri Ervin
·         Baik hati, memberi tahu kebenaran






·         Penolong
·         Peri Ervin bilang, dia sebenarnya adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang menculiknya.
·         Peri-peri itupun mengantar Putri Lala ke Istana Crystal.
·         Mereka bilang, Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya yang sangat jauh.
5.
Peri-peri lainnya
·         Baik hati
·         Peri-peri itupun mengantar Putri Lala ke Istana Crystal.
6.
Ratu Lisa
·         Pelupa


·         Penuh kasih sayang


·         Tegas
·         Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa mengundang Peri Rika ke pestanya.
·         Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu.
·         Lalu Ratu Lisa langsung menyuruh pengawal untuk memasukkan Peri Rika ke penjara.

3.      Alur
Alur adalah jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab-akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.
Jenis alur yang digunakan dalam cerita “Petualangan Putri Lala” adalah jenis alur maju, karena ceritanya terjadi secara berurutan dari peristiwa A sampai peristiwa Z.
Berikut adalah urutan peristiwa atau alur cerita dan pengembangan konflik dalam alur cerita “Petualangan Putri Lala” adalah sebagai berikut :
No
Tahap-Tahap Cerita
Bukti Cerita
1.
Bagian awal Cerita
Pada zaman dahulu, disebuah istana yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Lala. Nama lengkapnya adalah Tiffanie Lala. Ia lahir dari seorang ratu yang bernama Ratu Lisa.
Pesta besar-besaran pun diadakan oleh Ratu Lisa di istana untuk menyambut kelahiran putri cantiknya. Semua peri dari segala penjuru diundang ke pesta itu. Tapi ternyata, Ratu Lisa lupa mengundang Peri Rika ke pestanya.Peri Rika mengira bahwa Ratu Lisa sengaja tidak mengundangnya. Dan akhirnya, Peri Rika menjadi marah.
2.
Bagian tengah
Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada di tengah hutan yang sangat lebat. Akhirnya, Putri Lala dibesarkan oleh Peri Rika. Peri Rika bilang bahwa ia adalah kakaknya Ratu Lisa pada  Putri Lala, dia juga bilang kalau orang tua mereka meninggal karena diserang oleh negeri tetangga.
Oh, iya, Peri Rika juga melarang Putri Lala keluar kastil. Putri Lala pun menuruti perkataan Peri Rika. Peri Rika beralasan bahwa sekarang banyak penjahat. Padahal, alasan ia yang sebenarnya adalah takut kalau orang mengetahui bahwa Putri Lala masih hidup.
Lewat kalung di lehernya yang berhias baju zamrud dan berlian membentuk huruf "L". Pada suatu hari, Putri Lala berjalan-jalan di sekitar hutan. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. Ternyata itu peri hutan bernama Ervin dan saudaranya, Peri Erin. Mereka bilang, Putri Lala harus segera melarikan diri dari kastilnya ke istana Crystal, tempat kelahirannya yang sangat jauh.
Peri Ervin bilang, dia sebenarnya adalah seorang Putri, dan Peri Rika bukan kakaknya, melainkan peri jahat yang menculiknya. Peri Erin mengatakan akan membantu perjalanan Putri Lala ke negeri asalnya itu.
Malamnya, Putri Lala memutuskan untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi ..  Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri Lala langsung berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri Rika, namun ternyata ada tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget. Tetapi, ternyata yang menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta peri-peri lainnya.

4.      Latar
Merupakan lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa orang pada suatu waktu disuatu  tempat dan dalam suasana tertentu. Latar pada dasarnya terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

No.
Latar
Bukti Cerita
1.
Tempat
·         Istana Crystal












·         Kastil yang berada di tengah hutan




·         Disekitar hutan
·         Pada zaman dahulu, disebuah istana yang bernama istana Crystal, lahirlah seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Lala.
·         Peri-peri itupun mengantar Putri Lala ke Istana Crystal. Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu.
·         Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk ke dalam kamar Putri Lala, lalu membawanya pergi ke kastilnya yang berada di tengah hutan yang sangat lebat.
·         Pada suatu hari, Putri Lala berjalan-jalan di sekitar hutan.
2.
Waktu
·         Malam hari
·         Saat malam, Peri Rika menyelinap masuk ke dalam kamar Putri Lala . .
·         Malamnya, Putri Lala memutuskan untuk kabur dari kastil . . .
3.
Suasana
·         Menegangkan














·         Terharu
·         Malamnya, Putri Lala memutuskan untuk kabur dari kastil, Putri Lala mengendap-endap keluar, tapi ..  Ups! Peri Rika memergokinya!
Lalu Putri Lala langsung berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Peri Rika, namun ternyata ada tangan yang menggapainya. Putri Lala sangat kaget. Tetapi, ternyata yang menggapainya adalah Peri Ervin dan Peri Erin, serta peri-peri lainnya.
·         Sesampainya di sana, Ratu Lisa langsung memeluk erat-erat anaknya yang hilang itu.

5.      Moral
Moral atau nilai, yaitu hal-hal yang positif dalam cerita yang dapat dijadikan contoh oleh pembaca untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita “Petualangan Putri Lala” moral yang dapat kita tiru sebagai pembaca adalah setiap tindakan kejahatan, seperti dalam cerita Peri Rika hanya karena tidak diundang ke pesta ia sampai dendam dan menculik bayi yang tak berdosa. Dari perilaku Peri Rika, moral yang dapat kita contoh adalah saling memaafkan dan tidak boleh menyimpan dendam terhadap orang lain, karena pada akhirnya diri kita yang akan menanggung akibatnya.

6.      Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh.
Dalam cerita “Petualangan Putri Lala” ini, pengarang sengaja memilih sudut pandang orang pertama tokoh utama, yaitu Putri Lala. Sudut pandang ini sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

7.      Stile
Stile merpakan wujud pengungkapan kebahasaan dalam setiap teks dan dapat dibedakan dalam dua hal yaitu apa yang ingin diungkapkan pengarang dan bagaimana cara mengungkapkan. Dalam cerita ini, penulis  menggunakan stile dengan kebahasaan yang seederhana, yaaitu dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak. Selain kebahasaan yang sederhana, penulis juga menggunakan daya imajinasi, yaitu tentang adanya peri-peri yang baik dan peri yang jahat.

8.      Nada
Nada yang tergambar dari cerita ini adalah kebahagiaan, ketakutan, ketegangan, dan kejahatan. Semua nada yang tercipta melalui karakter tokoh, alur, latar tempat, dan situasi-situasi yang ada dalam cerita tersebut.



2.      Cerita Detektif

Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah

Beberapa hari ini, beredar kabar tentang seorang penyihir yang mendiami gubuk di tengah kebun yang berada di belakang sekolah SD Merah Putih, sekolah Zein. Berita ini beredar di kalangan anak-anak. Penyihir itu suatu kali terdengar sedang berteriak-teriak pada tengah malam. Entah pada siapa. Tidak hanya itu, beberapa anak-anak pernah melihat wujud sang penyihir secara nyata meskipun hanya bayangan hitam di jendela.

Konon kabarnya, penyihir itu tak seperti penyihir dalam gambar yang biasa dilihat. Kalau biasanya penyihir memakai topi kain kerucut yang ujungnya bengkok, penyihir yang ini tidak memakai topi dan berambut kribo.
“Hidungnya tidak panjang dan bengkok, melainkan bulat bundar sempurna,” cerita Zein berapi-api namun tetap dengan berbisik. Teman-temannya menarik napas. Tegang.
“Lalu bagaimana badannya? Apakah kurus ceking?” tanya Ido penasaran.
Zein menggeleng-gelengkan kepalanya. “Badannya sangat besar. Perutnya buncit,” jawab Zein sambil membuat gerakan perut buncit dengan tangannya.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio Sherlock, masa takut!”
Zein diam. Begitu pula Ido. “Baiklah mari kita bongkar identitas si Penyihir,” Zein berteriak lantang berusaha memberi semangat pada teman-temannya
Trio Sherlock, begitu Zein memberi nama bagi kelompok detektifnya yang beranggotakan Didi, Ido, dan Zein. Trio detektif suka mencari tantangan. Jika ada sesuatu yang aneh terjadi di sekitar mereka.
Seperti hari ini, Trio Sherlock akan mengungkap siapa dalang dibalik penyihir gadungan yang sering menakut-nakuti anak-anak.
Rumah dari anyaman bambu itu terletak ditengah kebun mangga. Cahaya lampu teplok terlihat remang-remang. Trio Sherlock merapatkan jaket. Udara dingin membuat Ido sedikit gemetaran. Entah karena dingin atau malah takut. Diantara ketiga Trio Sherlock, Ido memang yang paling penakut.

Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah lebat. Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar. Membuat suasana kian mencekam.
Rumah bambu hanya tinggal 20 meter lagi dari tempat Trio Sherlock bersembunyi. Belum ada tanda-tanda penyihir itu muncul.
“Penyihirnya tak ada,” Ido berbisik sambil menyikut lengan Zein.
Yang disikut memberikan isyarat diam pada Ido. “Bisa saja penyihir itu tiba-tiba mendengar dan keluar untuk menangkap kita,” balas Zein tak kalah pelannya. Hanya Didi yang diam mengawasi.
Tiba-tiba, dari arah jendela rumah bambu yang ditutupi kain putih, samar-samar terlihat sesosok bayangan.
“Lihat-lihat!” tunjuk Didi. “Ada bayangan!”
Sontak, Ido dan Zein menoleh. Bayangan dirumah itu menggerak-gerakkan tangannya. Lalu terdengar suara aungan yang membangkitkan bulu kuduk. Ido mengkeret sambil memegang lengan Zein dan Didi.
“Jangan takut, Ido. Kita biarkan saja penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan dia akan kelelahan,” kata Zein menenangkan.
“Benar, kalau dia hanya penyihir gadungan, dia pasti kelelahan,” tambah Didi.
Benar saja. Tiga menit mengaum, peyihir itu berhenti. Ada suara ngos-ngosan yang terdengar. Seperti orang kelelahan.
“Ayo kita serbu dia,” Didi mengeluarkan tali rapia dan juga tongkat bisbol dari tas punggungnya. Zein dan Ido masing-masing juga mengeluarkan peralatan “berperangnya”.
“Ingat jangan sampai melukai target. Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan instruksi.
Kembali, trio detektif mengendap-endap menuju pintu rumah bambu. Menunggu beberapa menit, sampai penyihir itu keluar. Beruntung, suasana sedikit gelap, jadi tubuh trio detektif tak terlihat. Persembunyian yang sempurna.
Dan benar saja, pintu terbuka beberapa menit kemudian. Seseorang keluar. Dengan sigap Zein memeluk tubuh itu dari belakang dan Didi bertugas mengikat tangan serta Ido mengikat kaki penyihir itu.
“Aduh aduh,” suara penyihir itu terdengan seperti suara laki-laki. “Ampun ampun. Saya bukan orang jahat!”
Trio Sherlock terkejut. Itu seperti suara yang mereka kenal. Zein mengambil senter dari tas. Olala betapa terkejutnya mereka, penyihir itu tak lain tak bukan adalah Kakek Sap.
* * * * *
Kakek Sap terkekeh. Airmatanya hampir keluar karena lelah tertawa.
“Kalian ada-ada saja. Tapi keberanian kalian Kakek acungi jempol. Biasanya anak-anak lain akan lari terbirit-birit karena takut,” ucap Kakek Sap.
“Kenapa Kakek menyamar jadi penyihir?” Ido bertanya sambil cemberut. Masih kesal.
“Hahaha, itu karena Kakek ingin membuat jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita kakek Sap.
Zein dan Didi saling pandang. “Lalu dimana kostum, Kakek?” tanya mereka bersamaan.
“Itu!” Kakek menunjuk pakaian badut di pojok rumah. “Daripada kostum badut kakek tak terpakai, lebih baik kakek gunakan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal. Tapi jangan beritahu siapa-siapa ya. Ini hanya rahasia kita berempat.” Kakek tertawa lagi sambil mengedipkan matanya.
Trio Sherlock mengangguk serempak, tersenyum. Tentu saja mereka tak akan memberitahu siapa-siapa. Pulangnya, Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.



ANALISIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN UNSUR INTRINSIK

1.      Tema
Tema dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” adalah “Trio Sherlock Mencari Kebenaran”.
2.      Tokoh dan Penokohan
No
Nama
Penokohan
Bukti Cerita
1.
Zein
·         Penakut




·         Baik, menenangkan temannya di saat suasana sulit
·         Bijaksana
·      Didi memberi usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio Sherlock, masa takut!

·      “Jangan takut, Ido. Kita biarkan saja penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan dia akan kelelahan,” kata Zein menenangkan.


·      “Ingat jangan sampai melukai target. Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan instruksi.
2.
Didi
·         Pemberani






·         Tenang, Serius
·      “Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio Sherlock, masa takut!”
·         Hanya Didi yang diam mengawasi.
3.
Ido
·         Penakut
·      Udara dingin membuat Ido sedikit gemetaran. Entah karena dingin atau malah takut. Diantara ketiga Trio Sherlock, Ido memang yang paling penakut.
4.
Paman Sap
·         Berniat baik, menakut-nakuti anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun
·         Baik hati
·         karena Kakek ingin membuat jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita kakek Sap.

·         Pulangnya, Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.

3.      Latar
Merupakan lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa orang pada suatu waktu disuatu  tempat dan dalam suasana tertentu.

No
Latar
Bukti Cerita
1.
Tempat
·         Rumah anyaman di tengah kebun mangga (belakang SD Merah Putih)
·      Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah lebat.
·      Rumah bambu hanya tinggal 20 meter lagi dari tempat Trio Sherlock bersembunyi. Belum ada tanda-tanda penyihir itu muncul.
2.
Waktu
·         Tengah malam

·         Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah lebat. Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar.
3.
Suasana
·         Sepi, Mencekam


·         Riang Gembira, penuh canda tawa
·         Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar. Membuat suasana kian mencekam.
·      “Hahaha, itu karena Kakek ingin membuat jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita kakek Sap.
·         Pulangnya, Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.

4.      Alur
Alur adalah jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab-akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.
Jenis alur yang digunakan dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” adalah jenis alur maju, karena di dalam cerita ini pengarang menceritakan urutan kejadian atau peristiwa secara berurutan.
No
Tahap-Tahap Alur
Bukti Cerita
1.
Bagian awal
Beberapa hari ini, beredar kabar tentang seorang penyihir yang mendiami gubuk di tengah kebun yang berada di belakang sekolah SD Merah Putih, sekolah Zein. Berita ini beredar di kalangan anak-anak. Penyihir itu suatu kali terdengar sedang berteriak-teriak pada tengah malam. Entah pada siapa. Tidak hanya itu, beberapa anak-anak pernah melihat wujud sang penyihir secara nyata meskipun hanya bayangan hitam di jendela.
 SHAPE  \* MERGEFORMAT Konon kabarnya, penyihir itu tak seperti penyihir dalam gambar yang biasa dilihat. Kalau biasanya penyihir memakai topi kain kerucut yang ujungnya bengkok, penyihir yang ini tidak memakai topi dan berambut kribo.
“Hidungnya tidak panjang dan bengkok, melainkan bulat bundar sempurna,” cerita Zein berapi-api namun tetap dengan berbisik. Teman-temannya menarik napas. Tegang.
“Lalu bagaimana badannya? Apakah kurus ceking?” tanya Ido penasaran.
Zein menggeleng-gelengkan kepalanya. “Badannya sangat besar. Perutnya buncit,” jawab Zein sambil membuat gerakan perut buncit dengan tangannya.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus membasmi penyihir gadungan itu,” Didi memberi usul yang langsung disambut gelengan kepala teman-temannya. “Ayolah kita kan Trio Sherlock, masa takut!”
Zein diam. Begitu pula Ido. “Baiklah mari kita bongkar identitas si Penyihir,” Zein berteriak lantang berusaha memberi semangat pada teman-temannya
Trio Sherlock, begitu Zein memberi nama bagi kelompok detektifnya yang beranggotakan Didi, Ido, dan Zein. Trio detektif suka mencari tantangan. Jika ada sesuatu yang aneh terjadi di sekitar mereka.
Seperti hari ini, Trio Sherlock akan mengungkap siapa dalang dibalik penyihir gadungan yang sering menakut-nakuti anak-anak.
Rumah dari anyaman bambu itu terletak ditengah kebun mangga. Cahaya lampu teplok terlihat remang-remang. Trio Sherlock merapatkan jaket. Udara dingin membuat Ido sedikit gemetaran. Entah karena dingin atau malah takut. Diantara ketiga Trio Sherlock, Ido memang yang paling penakut.
2.
Bagian tengah
Perlahan, Trio Sherlock mengendap-endap di sela pohon-pohon mangga madu yang sedang berbuah lebat. Sepi. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lain yang terdengar. Membuat suasana kian mencekam.
Rumah bambu hanya tinggal 20 meter lagi dari tempat Trio Sherlock bersembunyi. Belum ada tanda-tanda penyihir itu muncul.
“Penyihirnya tak ada,” Ido berbisik sambil menyikut lengan Zein.
Yang disikut memberikan isyarat diam pada Ido. “Bisa saja penyihir itu tiba-tiba mendengar dan keluar untuk menangkap kita,” balas Zein tak kalah pelannya. Hanya Didi yang diam mengawasi.
Tiba-tiba, dari arah jendela rumah bambu yang ditutupi kain putih, samar-samar terlihat sesosok bayangan.
“Lihat-lihat!” tunjuk Didi. “Ada bayangan!”
Sontak, Ido dan Zein menoleh. Bayangan dirumah itu menggerak-gerakkan tangannya. Lalu terdengar suara aungan yang membangkitkan bulu kuduk. Ido mengkeret sambil memegang lengan Zein dan Didi.
“Jangan takut, Ido. Kita biarkan saja penyihir itu terus mengaum. Pasti lama kelamaan dia akan kelelahan,” kata Zein menenangkan.
“Benar, kalau dia hanya penyihir gadungan, dia pasti kelelahan,” tambah Didi.
Benar saja. Tiga menit mengaum, peyihir itu berhenti. Ada suara ngos-ngosan yang terdengar. Seperti orang kelelahan.
“Ayo kita serbu dia,” Didi mengeluarkan tali rapia dan juga tongkat bisbol dari tas punggungnya. Zein dan Ido masing-masing juga mengeluarkan peralatan “berperangnya”.
“Ingat jangan sampai melukai target. Gunakan saat diperlukan saja.” Zein memberikan instruksi.
Kembali, trio detektif mengendap-endap menuju pintu rumah bambu. Menunggu beberapa menit, sampai penyihir itu keluar. Beruntung, suasana sedikit gelap, jadi tubuh trio detektif tak terlihat. Persembunyian yang sempurna.
Dan benar saja, pintu terbuka beberapa menit kemudian. Seseorang keluar. Dengan sigap Zein memeluk tubuh itu dari belakang dan Didi bertugas mengikat tangan serta Ido mengikat kaki penyihir itu.

3.
Bagian akhir

Trio Sherlock terkejut. Itu seperti suara yang mereka kenal. Zein mengambil senter dari tas. Olala betapa terkejutnya mereka, penyihir itu tak lain tak bukan adalah Kakek Sap.
* * * * *
Kakek Sap terkekeh. Airmatanya hampir keluar karena lelah tertawa.
“Kalian ada-ada saja. Tapi keberanian kalian Kakek acungi jempol. Biasanya anak-anak lain akan lari terbirit-birit karena takut,” ucap Kakek Sap.
“Kenapa Kakek menyamar jadi penyihir?” Ido bertanya sambil cemberut. Masih kesal.
“Hahaha, itu karena Kakek ingin membuat jera anak-anak yang suka mencuri mangga di kebun. Padahal kalau minta, pasti kakek kasih,” cerita kakek Sap.
Zein dan Didi saling pandang. “Lalu dimana kostum, Kakek?” tanya mereka bersamaan.
“Itu!” Kakek menunjuk pakaian badut di pojok rumah. “Daripada kostum badut kakek tak terpakai, lebih baik kakek gunakan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal. Tapi jangan beritahu siapa-siapa ya. Ini hanya rahasia kita berempat.” Kakek tertawa lagi sambil mengedipkan matanya.
Trio Sherlock mengangguk serempak, tersenyum. Tentu saja mereka tak akan memberitahu siapa-siapa. Pulangnya, Trio Sherlock tertawa riang sambil menenteng masing-masing seplastik mangga madu yang ranum-ranum. Hadiah keberanian dari Kakek Sap.





5.      Moral
Moral atau nilai, yaitu hal-hal yang positif dalam cerita yang dapat dijadikan contoh oleh pembaca untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” moral yang dapat kita tiru sebagai pembaca adalah tidak boeleh mencuri. Peristiwa yang ada dalam cerita ini mengajarkan kita tentang buruknya dari tindakan mencuri.

6.      Stile
Stile merpakan wujud pengungkapan kebahasaan dalam setiap teks dan dapat dibedakan dalam dua hal yaitu apa yang ingin diungkapkan pengarang dan bagaimana cara mengungkapkan. Dalam cerita ini, penulis  menggunakan stile dengan kebahasaan yang seederhana, yaitu dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak. Selain kebahasaan yang sederhana, penulis juga menggunakan daya imajinasi, yaitu tentang adanya penyihir. Di sini penulis mendefinisikan seorang penyihir jahat, dengan menggunakan kostum badut.

7.      Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh.
Dalam cerita  “Misteri Penyihir Di Belakang Sekolah” ini, pengarang sengaja memilih sudut pandang orang orang ketiga. Ini dapat dilihat dari para tokohnya yang langsung menggunakan nama, bukan sudut pandang keakuan atau kediaan. Sudut pandang ini sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

8.      Nada
Nada yang tergambar dari cerita ini adalah bersahabat, ketegangan, akrab, ketakutan, dan humor. Semua nada yang tercipta melalui karakter tokoh, alur, latar tempat, dan situasi-situasi yang ada dalam cerita tersebut


SIMPULAN
A.    PNEGERTIA CERITA PETUALANGAN
Cerita petualangan anak adalah cerita fiksi yang menceritakan tentang perjalanan tokoh dalam mencari tujuan hidupnya. Tokoh dalam cerita petualangan tidak harus manusia, bisa juga dengan menggunakan tokoh binatang atau benda-benda lain yang diimmajinasikan. Dalam cerita petualangan, penulis biasanya memberikan berbagai rintangan yang harus dihadapi oleh tokoh utama sebelum menemukan tujuan yang harus dicapainya. Rintangan-rintangan ini adalah sebagai nilai pendidikan bagi pembaca.

B.     PENGERTIAN CERITA DETEKTIF

Cerita detektif anak termasuk ke dalam cerita fiksi, yaitu cerita yang berkisah pada seputar tek-teki yang terjadi dan berpusat pada sebuah penyelidikan untuk menemukan suatu kebenaran dari teka-teki yang terjadi. Cerita detektif anak ini dikemas sedemikian rupa, yang dapat dengan mudah dipahami oleh nalar anak-anak. Dari segi bahasa sampai urutan peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dalam cerita detektif tidak hanya manusia saja, tetapi dapat juga berupa binatang atau benda-benda yang diimajinasikan. Tak ubahnya dengan cerita anak-anak lainnya, cerita detektif juga mengandung nilai pendidikan yang mendidik bagi pembacanya.






PERBEDAN CERITA PETUALANGAN DAN CERITA DETEKTIF :
No.
Cerita petualangan
Cerita Detektif
1.
Menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang
Menceritakan tentang suatu misteri yang harus diselesaikan oleh para tokohnya
2.
Konflik yang dihasilkan adalah tentang perjalanan hidup tokoh dalam cerita yang diwarnai dengan berbagai rintangan sebelum akhirnya menemukan tujuan hidupnya.
Konflik yang dihasilkan seputar teka-teki yang harus dipecahkan oleh tokoh



Daftar Pustaka :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar