Sabtu, 29 November 2014

MENGULAS KUMPULAN CERPEN


Judul   : Soeharto dalam Cerpen Indonesia
ISBN   : 979-3062-14-2

            Kumpulan cerpen ini berbeda dengan kumpulan cerpen lainnya, jika biasanya dalam suatu kumpulan cerpen hanya terdiri dari satu penulis saja, maka  dalam kumpulan cerpen  “Soeharto dalam Cerpen Indonesia” ini terdiri dari beberapa penulis. Meskipun dari penulis yang berbeda, cerpen ini mengangkat satu tema yaitu tentang bagaimana keepemimpinan Soeharto pada masa Orde Baru. Berikut adalah judul cerpen dan penulisnya yang terdapat dalam kumpulan cerpen ini :
1.      Menembak Banteng (F. Rahardi)
2.      Bapak Presiden yang Terhormat  (Agus Noor)
3.      Paman Gober (Seno Gumira Ajidarma)
4.      Diam (Moes Loindong)
5.      Tembok Pak Rambo (Taufik Ikram Jamil)
6.      Saran “Groot Majoor” Prakosa (Y.B. Mangunwijaya)
7.      Bukan Titisan Semar (Bonari Nabonenar)
8.      “Masuklah ke Telingaku, Ayah” (Triyanto Triwikromo)
9.      Monolog Kesunyian (Indra Tranggono)
10.  Celeng (Agus Noor)
11.  Senotaphium (Agus Noor)
12.  Gadis Kecil dan Mahkota Raja (Sunaryono Basuki Ks.)
13.  Menari di atas Mayat (Indra Tranggono)
14.  Negeri Angin (M. Fudoli Zaini)
15.  Puteri Jelita dan Terbunuhnya Tuan Presiden (Joni Ariadinata)
16.  Orang Besar (Jujur Prananto)

            Setidaknya ada enam belas judul cerpen dari penulis yang berbeda dalam kumpulan cerpen ini. Para penulis mengangkat tema yang sama, yaitu kekuasaan Soeharto pada masa Orde Baru. Dalam perbedaan usia dan lintas generasi, mereka berkarya dan menjadikannya dalam satu kumpulan cerpen. Mereka tidak pandang usia dan lintas generasi di antara mereka.

            Kumpulan cerpen ini sebagai wujud ekspresi dari para penulis yang hidup dalam sistem yang dibangun Soeharto. Kepemimpinan yang tiada hentinya, selama 32 tahun Soeharto memimpin negeri ini. selama itu pula Soeharto menerapkan Rezim Orde Baru. Rezim Orde Baru sendiri adalah gaya kepemimpinan Soeharto. Semua tatanan politik benar-benar berada di tangan Soeharto. Tidak ada yang dapat membantah ataupun melarang aturan-aturan yang ditetapkan oleh Soeharto.

            Dalam kumpulan cerpen ini, para penulis menggunakan bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami maksud dari kumpulan cerpen ini. Tidak sedikit juga penulis menggunakan bahasa Jawa dalam menulis cerpen ini, seperti contoh dalam cerpen yang berjudul “Menembak Banteng” karya F. Rahardi dan “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor. Jadi, bagi kita yang berdarah Jawa tidak sulit untuk memahami kumpulan cerpen ini.

Salah satu satu judul cerpen yang ada dikumpulan cerpen ini adalah “Paman Gober” karya Seno Gumira Ajidarma. Dalam cerpen “Paman Gober” ini menggambarkan ketidakberdayaan masyrakat Indonesia dalam menghadapi seorang penguasa beserta sistem yang dibangunnya.

Sebenarnya siapa yang dimaksud dengan tokoh “Paman Gober” dalam cerpen ini  ? Tokoh Paman Gober di sini tak lain adalah adalah Soeharto. Nama tokoh yang digunakan dalam cerpen ini mengambil dari nama dunia anak-anak. Seperti Paman Gober, Nenek Bebek, Donal, Kwak, Kwek, dan Kwik.

Cerpen ini menceritakan bagaimana kematian Soeharto ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Setiap kali ada koran yang terbit atau berita di Televisi, yang ingin mereka ketahui “apakah Paman Gober hari ini sudah mati?”
Di sini diceritakan Paman Gober yang bertambah kaya setiap harinya, gudang-gudang uangnya berderet dan penuh. Paman Gober yang tak terkalahkan dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya. Begitu banyak kekayaannya, sampai ia sendiri tidak hafal pabrik apa saja yang dimilikinya. Karena hampir semua macam pabrik, ia punya. Paman Gober memang anggota klub Milyader No. 1, namun Paman Gober adalah bebek yang sangat pelit. Bahkan pada keluarganya. Ia tidak pernah memberi bantuan. Meski Donal sudah bekerja dengan sangat keras, Donal beserta keponakannya, Kwak, Kwek, dan Kwik hasilnya tidak pernah dibagi. Paman Gober hanya memeras tenaga dan mencuri gagasan mereka saja. Begitu liciknya Paman Gober itu.

            Berkali-kali penjahat kelas kakap, menggarap gudang uang Paman Gober, namun keberuntungan selalu berada di pihak Paman Gober. Paman Gober begitu rakus, orang-orang yang mengancam reputasinya sebagai orang kaya justru tidak akan mendapat simpati. Paman Gober akan menangis tersedu-sedu meski hanya kehilangan uang satu sen. Ia sama sekali bukan tokoh yang teladan, namun mengapa ia bisa begitu cintai?
Pemilihan yang selalu berlangsung seolah-olah demokratis, tetapi Paman Gober selalu terpilih kembali. Sampai-sampai seperti tidak ada calon yang lain lagi. Kekuasaan yang begitu lama disandang oleh Paman Gober.

            Paman Gober memang terlalu kuasa dan kaya. Ia selalu bermandikan uang. Paman Gober tidak pernah peduli dengan tetangga-tetangganya. Ia bahkan sangat kejam, akan menyembelih sesama bebek jika tidak sepaham dengan kekuasaannya. Paman Gober selalu membanggakan dirinya sendiri, selalu menceritakan ulang jasa-jasanya kepada warga kota Bebek. Tidak ada yang berani melawan Paman Gober.

            Pada suatu hari Donal bertanya, “Mengapa Paman Gober tidak mengundurkan diri saja ?” sudah waktunya Paman Gober tidak terlibat lagi dengan urusan duniawi.
Paman Gober menjawab, “saya juga ingin seperti itu. Memancing, main golf, membuka butir-butir falsafah hidup bangsa bebek”. Tapi, apa mungkin saya menolak kehormatan yang diberikan segenap unggas?

            Segenap pengurus mungkin dapat dipilih secara berganti-ganti. Namun, tidak dengan kedudukan Paman Gober. Para pelajar seperti Kwak, Kwik, dan Kwek menjadi bingung bila membandingkannya dengan jatah kepemimpinan di negara lain. Mengapa Paman Gober selalu terpilih, padahal ia bukan tokoh yang teladan? Paman Gober seolah tidak tergantikan. Kii semua orang hanya menunggu kematian Paman Gober. Tiada lagi yang mereka tunggu, selain kabar kematian Paman Gober. Setiap pagi mereka berharap akan membaca berita kematian Pamar Gober di halaman pertama.

Itulah rangkuman cerpen “Paman Gober” karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen ini benar-benar menelanjangi Soeharto. Ucapan, perintah, perilaku, pribadi dari Soeharto dikupas secara tajam di sini. Dimana orang-orang yang tidak sepaham dengan penguasa akan di pinggirkan, bahkan dicekal.

Perhatikan cuplikan-cuplikan kalimat berikut :
1.      “Begitu kayanya Paman Gober”.
2.      Anggota Klub Milyader No. 1”.
3.      “Ia sama sekali bukan tokoh teladan, tapi mengapa begitu dicintai”.
4.      “Entah mengapa ia selalu terpilih kembali...
Begitu seringnya ia terpilih, sampai-sampai seperti tidak ada calon yang lain lagi”.

Kalimat-kalimat di atas mudah dirujuk ke dalam diri Soeharto dengan mudah semasa masih berkuasa. Soeharto memang sangat kaya, ia seorang Milyader No. 1 di negeri ini, tapi ia sangat pelit. Ia tidak pernah memberi bantuan. Ia begitu licik, menya mengambil ide dan gagasannya saja tanpa mau berbagi hasil. Dia banyak dipergunjingkan orang, tapi tidak ada yang berani bersuara, hingga seakan-akan ia begitu dicintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar